Menurut pendapat ahli bahasa, bahasa Arab adalah merupakan salah satu rumpun bahasa semit
selatan. sedangkan bahasa Semit adalah bahasa yang berakar dari bahasa yang
dipakau oleh keturunan Nabi Nuh. Lebih dari itu mereka juga berpendapat, bahwa
untuk mengkaji tentang sejarah bahasa Arab, dimana sebelum datangnya agama
Masehi (abad kesatu Masehi), para ahli belum memperoleh gambaran apapun
mengenai bahasa Arab, karena saat itu belum adanya prasasti atau peninggalan
yang dapat diperoleh sebagai bukti munculnya bahasa Arab, dengan kata lain
masih misteri.
Prasasti tentang bahasa Arab baru
terungkap dengan di-temukannya ukiran-ukiran tulisan yang beranama “al-Nimarah”
di dekat kota Damaskus yang bertanda tahun 328 M. Walaupun ditemukan prasasti
yang mengungkap misteri sejarah tentang asal-usul dan kapan dimulainya adanya
bahasa Arab. Tetapi, masih ada di antara para ahli yang masih bersikap skeptis
dengan pemikiran tersebut untuk dijadikan kepastian telah adanya bahasa Arab
pada masa itu, karena sebagian besar kata-kata yang terukir dalam prasasti
tersebut hanyalah nama-nama orang saja. Menurut pendapat mereka sebaiknya untuk
menentukan asal-usul dan kapan dimulainya ada bahasa Arab, kiranya cukup
berpedoman kepada teks-teks dari sastra Jahiliyah yang tidak diragukan
kebenarannya untuk menjelaskan keadaan-keadaan bahasa Arab sebelum datangnya
agama Islam.
Dari kedua pendapat tersebut di
atas, tentang asal usul bahasa Arab tersebut sebenarnya tidak terlalu berbeda.
Adapun pendapat yang menjadikan ukiran al-Nimarah yang bertanda tahun 328 M.
dan pendapat yang menjadikan teks-teks Jahiliyah sebagai patokan awal adanya
atau dimulainya bahasa Arab yang seperti kita kenal adalah sama atau berdekatan
tahunnya. Eksistensi ukiran al-Nimarah bertanda tahun 328 M., sedangkan Nabi
Muhammad saw. telah dilahirkan tahun 571 M. dan syair-syair Jahiliyah yang
dikenal dalam Nushush al-Adab al-‘Arabi, pengarangnya hidup antara abad
ke 4 dan ke 6. Dengan demikian perbedaan tahun tidak perlu lagi
dipermasalahkan. Yang tinggal hanya perbedaan tentang keberadaan ukiran
al-Nimarah sebagai prasasti yang menunjukkan telah adanya bahasa Arab pada saat
itu, sementara prasasti al-Nimarah hanya memuat nama-nama orang saja. Oleh
karena itu orang-orang yang meragukan telah adanya bahasa Arab saat-saat itupun
tidak dapat disalahkan. Dan juga pendapat yang menjadikan al-Nimarah sebagai
indikasi telah adanya bahasa Arab pada saat itu juga tidak dapat disangkal
kebenarannya.
Masyarakat semenanjung Arab sejak
dahulu kala sudah terbagi ke dalam beberapa kabilah, suku bani atau garis
keturunan dan lain-lain. Masing-masing dari mereka itu sangat menonjolkan
tradisi, membanggakan suku, fanatik ‘ashabiyah dan tidak ketinggalan
pula bersaing dalam logat dan dialek antara kabilah-kabilah yang ada.
Situasi dan kondisi seperti itu
berlangsung cukup lama sampai menjelang datangnya agama Islam. Namun sejak
mereka berkepentingan untuk lebih banyak berkomunikasi di musim-musim haji dan
suatu kepentingan untuk menyelenggarakan pekan raya di Ukaz dan Zulmajaz, maka
mereka mulai merasakan kebutuhan adanya alat untuk saling mengerti bagi semua
kabilah. Maka dalam pekan raya tersebut mereka harus menjauhkan dari ciri-ciri
lokal yang berkenaan dengan dialek. Mereka berusaha untuk menggunakan bahasa
yang dapat dipahami oleh semua pihak.
Karena dalam pekan raya justru
diadakan perlombaan bersyair yang diikuti oleh berbagai suku yang beraneka
ragam dialek merupakan kegiatan yang paling populer dan menonjol. Dengan
keadaan yang demikian maka semakin kokoh kuatlah keinginan untuk mencari solusi
dari perbedaan bahasa dan dialek tersebut. Dan pada akhirnya maka terbentuklah
suatu bahasa Arab ke-susastraan yang menjadi bahasa Arab standar.
Bahasa Arab standar tersebut berasal dari dialek Quraisy yang
disempurnakan oleh dialek suku-suku lain. Kontribusi dialek suku Quraisy
menjadi bahasa standar yang berkaitan dengan perkembangan kota Mekkah yang
menjadi pusat kegiatan ibadah haji dan di kota Mekkah inilah kebanyakan suku
Quraisy menetap.
Dalam perkembangan selanjutnya
bahasa standar tersebut menjadi bahasa sastra jahili sekaligus menjadi bahasa
yang digunakan oleh hampir seluruh lapisan masyarakat dalam waktu yang singkat.
Pesatnya perkembangan bahasa standar tersebut disebabkan oleh munculnya para
ahli dan para genius dari tiap-tiap kabilah yang mampu berbicara dengan fashih,
serta mampu menyusun syair-syair dalam sistematika bahasa yang sangat bermutu.
Adapun pengertian bahasa Arab
standar adalah bahasa Arab yang sampai pada dan yang digunakan oleh umat Islam
dalam bentuk teks-teks klasik sastra jahili bahasa Arab yang dipakai oleh
al-Quran dan hadis serta dipakai untuk menulis cabang-cabang ilmu agama,
seperti fiqih, tafsir, ilmu kalam dan lain-lain.
Kepustakaan:
Departemen Agama RI., Pedoman Pengajaran Pada Perguruan Tinggi Agama (Jakarta:
Bimbaga Islam, 1987).
Djuariah Dahlan, Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab (Surabaya:
Al-Ikhlas, t.th.).
0 comments:
Posting Komentar