Oleh : Ach Farouq Abdullah S.Pd.I
(Jurusan PBA Di Universitas Darussalam Gontor)
Bahasa merupakan alat komunikasi antara satu bangsa dengan bangsa lain. Bangsa arab merupakan bangsa yang sangat fanatisme terhadap bahasanya, sehingga dengan penuh keyakinan mereka mengatakan bahwa al-Qur’an di turunkan dengan menggunakan bahasa arab,karena pada hakekatnya,Nabi Muhammad SAW di lahirkan di bangsa arab.
Kecintaan orang Arab akan bahasanya ini, membuat bahasa Arab begitu cepat berkembang. Namun banyak faktor lainnya yang mempengaruhi bahasa Arab berkembang sedemikian cepat, yang terpenting di antaranya adalah datangnya Islam.
Lughoh fushah & Lughah Amiyah
Lughoh fushah adalah Bahasa Arab yang terdapat di dalam Al-Qur’an dan Hadits Nabi. Bahasa Arab Fusha ini juga biasa digunakan dalam penulisan kitab-kitab yang ditulis oleh para ulama salaf. Bahasa Arab fusha ini juga biasa digunakan dalam bahasa pengantar resmi di kampus-kampus atau universitas-univeristas Islam di Timur Tengah.
Sementara Lughah Amiyah adalah bahasa yang digunakan dalam urusan tidak resmi dan dalam percakapan umum sehari – hari .Istilah Amiyah (pasaran) ini sebenarnya diambil dari beberapa nama menurut sebagian pakar Bahasa Arab kontemporer, seperti Dârij, Lahjah’arabiyyah Al-Amiyah, Al-Amiyah, Al-Arbiyyah Al-Amiyah, Kalam Darij dan nama-nama lainya.
Dalam dua bahasa Fushha dan Amiyah tersebut dikenal adanya istilah bilingualisme (kedwibahasaan), yaitu penggunaan dua bahasa berbeda oleh seorang penutur atau lebih dalam pergaulannya dengan orang lain secara bergantian.
Namun, sebagian peneliti bahasa menolak penggunaan istilah bilingualisme yang digunakan oleh kebanyakan ahli bahasa, dengan alasan lahirnya bentuk bahasa Arab: Fushah dan Amiyah. Bahasa Fushah dan Amiyah merupakan dua ragam yang berakar dari satu bahasa, sementara bilingualisme terdapat pada dua bahasa yang berbeda, seperti halnya perbedaan antara bahasa Perancis dan Bahasa Arab , atau antara Bahasa Jerman dan Turki
Untuk itu persoalannya tidak dapat dikaitkan dengan pemahaman bilingualisme. Tetapi ia merupakan sebentuk diglosia yang menurut Ferguson adalah suatu situasi yang didalamnya ada dua ragam dari satu bahasa yang hidup berdampingan dengan peran masing-masing dalam masyarakat itu.
Ferguson menjelaskan diglosia itu dari Sembilan segi: fungsi, prestise, warisan tradisi, tulis menulis, pemerolehan, pembakuan, tata bahasa, leksikon, dan fonologi. Menurutnya, dalam suatu bahasa ada dua ragam yang berbeda. Yang satu disebut Dialek Tinggi, dan yang kedua Dialek Rendah. Dalam Bahasa Arab dialek tinggi itu mengacu pada Bahasa Arab yang dipakai dalam Al Qur’an dan bahasa klasik (Turast Arabi) yang lazim disebut Bahasa Fashih. Sementara dialek rendah mengacu pada berbagai Masyarakat Arab diberbagai Negara yang lazim disebut bahasa pasaran.(Amiyah)
Oleh karenanya. Distribusi fungsional dialek tinggi dan dialek rendah mempunyai arti, bahwa terdapat situasi dimana hanya dialek tinggi yang sesuai untuk digunakan dan dalam situasi lain hanya dialek rendah yang biasa digunakan. Fungsi tinggi hanya pada sitasi resmi atau formal, sementara fungsi rendah hanya pada situasi informal dan santai.
Sebenarnya bangsa arab telah mengenal adanya diglosia ini sejak masa jahiliah. setiap kabilah memiliki dialek masing –masing dan bahasanya yang khusus. Dengan adanya hubungan komunikasi antara bangsa arab dan para penutur kabilah lain, itu akan segera membuat sempurna pada bahasa kabilah ini, sehingga bila mereka bercakap-cakap, berpidato, membacakan syair atau mengadakan pembicaraan antara satu kabilah dengan kabilah yang lainnya, mereka senantiasa bertumpu pada bahasa umum(musytarakah). Dan diglosia inilah masih tetap bertahan setelah datangnya islam ke negeri arab.
Diglosia bahasa fusha dan amiyah pada bangsa arab itu mulai muncul seiring lahirnya amiyah itu sendiri, yaitu pada massa penaklukan-penaklukan islam pertama setelah membaurnya orang arab dengan orang ajami (asing).
3 comments:
bahasa slank itu apakah juga termasuk 'aamiyah???
mutasyakeer,,,
contohnya seperti apa dulu ukhti. bahasa amiyah tiap negara itu berbeda baik dari suara maupun lahjahnya kita harus jeli dalam melihat struktur bahasa karena sangat jauh berbeda dengan bahasa fusha. kalau saya ibaratkan bahasa amiya sama seperti bahasa jawa yang memiliki macam gaya bahasa jawa mungkin bahasa slank bisa jadi bahasa amiyah jika kita mendengar atau sering diucapkan oleh orang arab di timur tengah sebagai bahasa percakapan sehari-hari
Aisytibgo?
Posting Komentar