Oleh : KH. Imam Zarkasyi
(Trimurti Pondok Modern Darussalam Gontor-Indonesia)
Tidak disangsikan lagi bahwaa suatu bahasa apabila mampu menanamkan pengaruhnya pada satu bangsa, maka bahasa tersebut akan memainkan peranan penting dalam mewarnai corak pemikirannya, mempengaruhi tingkah laku dan cara hidupnya.
Oleh karena itu, saya memandang perlu utnuk menyajikan suatu pembahasan mengenai:” sejauh mana kemungkinan menghidupkan bahasa Arab dan menyebarkan didunia Islam non Arab ?”
Dan kalau saya mengajukan sebuah pembahasan, yang dzahirnya bersifat kebahasa Araban tapi hakikinya bersifat keIslaman, maka harapan saya pertama-tama adalah sebagimana kita mewujudkan pelaksanaan ajaran Islam yang luhur, baru kemudian tujuan yang berkaitan dengan bahasa Arab itu sendiri.
Kiranya tidak perlu dalam kesempatan ini untuk memperpanjang pembicaraan mengenai pentingnya bahasa Arab dan perannya dalam hubungan Internasional, tapi yang lebih penting adalah memusatkan perhatian kita kepada kajian mengenai cara-cara memanfaatkan bahasa dalam mempererat hubungan antar bangsa dan antar Negara-Negara Islam.
Tidak disangsikan lagi bahwa bahasa Arab adalah bahasa Al-Qur’an. Sesungguhnya kamu menurunkan Al-Qur’an dengna bahasa Arab, agar kamu memahaminya (QS. Yusuf :2)
Berdasarkan hal ini maka barang siapa menghidupkan bahasa Arab berarti menghidupkan Faktor. Dan tidaklah berlebihan kalau kita katakan bahwa bahasa Al-Qur’an adalah termasuk syiar Allah. Demikianlah (perintah Allah). Dan barang siapa mengagumkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati (QS. Al hajj :32)
Dari sini kita memahami betapa pentingnya menghidupkan dan menyiarkan bahasa Al-Qur’an. Maka bahasa Arab haruslah merupakan bahasa resmi satu-satunya di semua bidang, khususnya dalam membina hubungan antar bangsa dan antar Negara Islam.
Kita tidak rela bahasa lain menggantikannya dan kita tidak bisa menerima bahasa lain menyertainya. bahasa Arab haruslah menjadi bahwa kesatuan, bahasa perkenalan, bahasa persatuan antar bangsa-bangsa muslim, baik sebagai pribadi maupun kelompok. Ini kalau kita ingin mengagungkan syiar Allah, ingin sungguh-sungguh menjadi orang-orang yang bertakwa, dan ingin menjadi satu umat yang mulia.
Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesunggunya Allah maha mengetahui lagi maha mengenal (QS. Al hujurat :13)
disinilah letak rahasia ungkapan “ لعلكم تعكلون “ dalam Al-Qur’an surat yusuf ayat 2.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengembangan dan penyiaran bahasa Arab. Faktor –faktor itu dapat dibagi menjadi dua kelompok : kelompok eksternal, yaitu faktor yang berada diluar bahasa dan faktor internal. Yaitu faktor –faktor yang bersumber dari bahasa itu sendiri.
Faktor eksternal
1. Al-Qur’an
Kita semua mengetahui bahwa Al-Qur’an dibaca sebagai ibadah. Salah satu “ berkah” dari ta’abbud ini ialah bahwa satu penerbit diindonesia mencetak setiap tahun 100.000 eksemplar Al-Qur’an, pada hal demikian banyaknya penerbit yang mencetak Al-Qur’an di Indonesia dan diseluruh dunia atas dasar ini, kita bisa menghitung dengan angka berapa eksemplar Al-Qur’an yang ada ditangan kaum muslimin di dunia.
Hal ini merupakan petunjuk betapa besarnya perhatian Islam terhadap bacaan Al-Qur’an. Dan karena Al-Qur’an itu berbahasa Arab, beik makna maupun tulisannya, maka kita mengetahui seberapa besar andil Al-Qur’an dalam memelihara bahasa Arab dan memberikannya peluang untuk bersabar.
2. Istilah-istilah keagamaan, keilmuan, dan nama-nama diri.
Di dalam agama Islam terdapat ribuan istilah keagamaan dan keilmuan. Istilah –istilah ini setelah berpindah kebahasa –bahasa lain tetap terpelihara keArabanya, baik lafal dan maknanya, maupun lafal saja tanpa makna. Dan tidak lupa pula disini kita merujuk kepada nama-nama diri. Banyak orang Islam di berbagai tempat yang namanya berasal dari Arab. Betapapun nama-nama istilah-istilah ini membuka jalan bagi hidupnya bahasa Arab dan penyiarannya.
3. Semangat keagamaan dan kesiapan mental
Keberhasilan suatu pekerjaan tergantung sampai batas tertentu kapada kesiapan mental pelakunya. Dalam hubungan ini, yang membangkitkan harapan kita antara lain bahwa kaum muslimin di timur dan di barat mempunyai semangat keagamaan yang tinggi.
Di negeri-negeri kita di timur misalnya, tidak ada orang, apa pun agamanya, yang berani menginjak kertas di dalamnya terdapat tulisan Arab, apalagi didepan orang Islam; karena dalam pandangan mereka huruf Arab itu suci, sesuci agama mereka. Maka selayaknya kalau kita memanfaatkan kekuatan rohanilah yang besar ini utnuk kepentingan agama dan bahasa Arab.
4. Ibadah verbal
Banyak ibadah lisan (verbal) dalam Islam yang tidak sah kecuali dilakukan dengan bahasa Arab, baik itu bersifat sunnah atapun mubah. Kalau kita mengetahui demikian tingginya semangat keagamaan kaum muslimin, maka kita akan melihat besarnya pengaruh ibadah ini terhadap peluang penyiaran bahasa Arab.
Faktor Internal
Di dalam bahasa Arab terkandung beberapa keistimewaan yang memberi peluang untuk terus hidup dan berkembang antara lain.
1. Kedudukannya sebagai bahasa resmi di PBB
Tidak ada suatu bahasa pun diatas bumi iini yang patut berbangga diri selain bahasa Arab. Selain sebagai bahasa resmi bagai agama Allah yang haq, bahasa Arab juga merupakan bahasa resmi dari organisasi internasional terbesar (PBB). Dwi fungsi ini merupakan jaminan yang paling besar bagi bahasa Arab untuk terus hidup dan berkembang. Bahasa Arab dengan demikian merupakan bahasa bumi sekaligus bahasa langit. Tentu merupakan suatu kebanggaan bagi bangsa Arab dan umat Islam, bahwa untuk menghadap Allah sang pencipta dan untuk berpidato di depan Pbb cukup bagi mereka bahasa Arab.
2. Kesiapan bahasa Arab untuk mengikuti perkembangan zaman
Sejarah peradaban Islam mengajarkan kepada Islam bagaimana bahasa Arab pada masa-masa Islam yang pertama telah mampu menjawab tuntutan zaman dan memenuhi kebutuhan –kebutuhan peradabannya. Yaitu ketika untuk pertama kali kebudayaan Islam Arab berbenturan dengan kebudayaan yunani, Persia dan hindia pada masa abbasiyah pertama. Benturan budaya ini kemudian terulang kembali ketika terjadi kontak budaya yang kedua kalinya antara kebudayaan Islam Arab dengan kebudayaan barat sejak permulaan –perbenturan budaya ini telah memperkaya bahasa Arab dari berbagai seginya tanpa menghilangkan kepribadinya.
3. Jutaan orang non Arab mengenal bahasa Arab
Hal lain yang memberikan harapan bagi masa depan bahasa Arab dan perkembangannya adalah bahwa jutaan muslim non Arab bahkan yang bukan muslim. Di barat dan di timur, di utara dan di selatan, mengenal bahasa Arab. Percetakan dan penerbitan Arab menjadi saksi yang berbicara atas kebenaran pernyataan di atas. Miliaran buku keagamaan berbahasa Arab menyebar dari percetakan dan penerbitan tersebut ke negeri-negeri Islam.
Perlu kami kemukakan disini bahwa sebagian besar dari mereka yang mengenal bahasa Arab ini tidak berbicara dengan bahasa Arab dan tidaklah berlebihan kalau kami katakan bahwa kelompok yang berakhir ini merupakan mayoritas mutlak.
Sebagaimana juga perlu kami sebutkan disini dengan segala pujian dan penghargaan, kerja keras dan daya upaya yang telah mereka kerahkan dalam rangka menghidupkan dan mengembangkan bahasa Arab, dengan segala cara dan kemampuan yang mereka miliki, seperti penyelenggaraan siaran melalui radio, dan televisi, penulisan buku-buku pelajaran bahsa Arab, pendirian sekolah, universitas, dan lembaga-lembaga pendidikan lainnya, serta penerapan metode terbaru dan teori-teori mutakhir dalam pengajaran bahasa Arab.
4. Huruf Arab
Banyak bahasa dinegara-negara asia yang ditulis dengan huruf Arab, seperti bahasa – bahasa Indonesia, Malaysia, india, Pakistan, iran, dan turki. Meskipun secara resmi penggunaan huruf Arab tersebut telah dikesampingkan, tapi para penduduknya masih menggunkannya untuk penulisan-penulisan khusus.
Tidak diragukan lagi bahwa Negara-negara ini memiliki dokumen-dokumen ilmiah dan warisan budaya yang berharga, yang ditulis dengan huruf Arab, seperti yang kami dapatkan di Indonesia. Disana terdapat tulisan tentang sastra dan agama toko buku, banyak diantaranya yang belum pernah disentuh oleh tangan para ilmuwan dan belum pernah dibaca oleh kebanyakan para pelajar.
5. Kosakata bahasa Arab
Bahasa Arab menempati kedudukan yang tinggi dihati kaum muslimin. Ini terjadi karena bahasa Arab telah diwarnai oleh kesucian ajaran-ajaran Islam, seperti telah dijelaskan di depan. Sebagai akibatnya, telah terjadi penyerapan beribu-ribu kosakata Arab ke dalam bahasa –bahasa ibu kaum muslimin non Arab. Tidaklah berlebihan kalau dikatakan bahwa sebagian besar kosakata bahasa Indonesia dan bahasa Malaysia berasal dari bahasa Arab.
0 comments:
Posting Komentar